Keren! Londi Kembangkan Bisnis Laundry dengan Teknologi IoT
TIMESINDONESIA, MALANG – Kreativitas anak-anak Malang dalam meluncurkan ide-ide baru memang tak ada hentinya. Kini, ada usaha laundry yang menggunakan teknologi canggih untuk memudahkan konsumen tanpa ribet mengoperasikan alat secara manual. Usaha tersebut bernama Londi Laundry yang sudah berdiri sejak tahun 2019 lalu.
Jadi, konsumen hanya perlu memasukan pakaian, melakukan scan barcode menggunakan QRis untuk pembayaran, kemudian mesin akan berjalan secara otomatis dan konsumen hanya tinggal menunggu hingga selesai.
Founder Londi Laundry, Mas Fredo Prima Yudha mengatakan, ide kombinasi laundry dengan teknologi ini ia ciptakan setelah melihat laundry-laundry luar negeri yang menggunakan sistem koin yang dinilai terlalu menyulitkan konsumen.
“Sejak tahun 2018 kan pemerintah juga mulai menggalakkan QRis, jadi saya adopsi self service dari luar negeri ini dengan menggunakan teknologi payment,” ujar Fredo, Jumat (15/9/2023).
Tak hanya memunculkan ide saja, ternyata teknologi operasional laundry itu juga diciptakan oleh Fredo melalui aplikasi Smartlink dengan menggunakan alat bernama SnapBridge.
“Saya juga sebagai founder start up PT Ada Ide Langsung Jalan. Disitu kita punya produk Smartlink dengan alat SnapBridge. Seluruh pembuatnya dari Malang, kita desain sendiri. Jadi ini inovasi produk lokal Malang,” ungkapnya.
Usaha laundry dengan menggunakan sistem IoT ini ternyata menjadi yang pertama di Indonesia. Penggunaan tanpa ribet dan nyaman yang didukung dengan perkembangan jaman, memang menjadi salah satu fasilitas yang diinginkan oleh para konsumen.
Ia membeberkan, operasional mesin dengan teknologi ini cukup mudah dilakukan. Konsumen hanya perlu datang, menimbang berat pakaian, kemudian diarahkan ke mesin laundry, memasukkan pakaian, melakukan pembayaran dengan menggunakan e-wallet dan mesin akan otomatis bekerja secara mandiri.
“Tinggal gunakan e-wallet, konsumen duduk dan menunggu satu jam beres. Begitu juga proses pengeringan. Semua selesai dan tinggal dilipat saja, gak perlu dijemur,” katanya.
“Jadi enak, tinggal scan, duduk aja, sudah. Konsumen tidak perlu interaksi dengan mesin,” sambungnya.
Untuk mesin sendiri, ia mendatangkan dari Korea dan USA dengan sedikit perubahan yang dilakukan, yakni dengan menanamkan chip di mesin agar mesin tersebut dapat beroperasi otomatis melalui sambungan internet atau server yang sudah ada.
Terdapat dua jenis mesin, yakni mesin untuk muatan maksimal 7 kg dan mesin dengan muatan maksimal 14 kg. Harganya pun cukup ramah dikantong dan cocok untuk para mahasiswa perantau.
Per kilogramnya dipatok Rp2 ribu. Jadi untuk 7 kg seharga Rp15 ribu dan 14 kg seharga Rp20 ribu saja.
“Kita juga buka 24 jam non stop. Untuk pengering biaya 7 kg Rp20 ribu dan 14 kg Rp35 ribu,” imbuhnya.
Diketahui, usaha ini merupakan usaha Franchise yang sudah memiliki empat cabang, yakni tiga cabang di Malang yang berada di Jalan Tirto Utomo, Dau Kabupaten Malang, Jalan Sigura-gura, Kota Malang dan Jalan Cengkeh, Kota Malang.
Kemudian, satu cabang lagi berada di Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Durian Raya, Srondol Wetan, Kota Semarang.
Empat cabang tersebut merupakan milik para investor yang seluruh manajerial Operasional dilakukan oleh Londi melalui PT Laundri Digital Indonesia.
“Mulai pegawai, operasional toko, training dan lainnya semua sampai mesin itu kita yang pegang. Investor cukup membayar, menyiapkan tempat, air dan listrik saja,” jelasnya.
Untuk caranya, investor cukup menginvestasikan setidaknya Rp500 juta dengan penyesuaian value dan mesin operasional yang digunakan.
“Nantinya untuk keuntungan tentu bagi hasil. Omzet setelah dipotong biaya operasional dan biaya sewa sampai bersih, itu yang dibagi. Manajemen 30 persen, investor 70 persen,” tuturnya.
Dari keempat toko yang telah beroperasi, setidaknya kini setiap toko bisa tembus 300 sampai 400 nota transaksi. Untuk di Malang sendiri, memang 80 persen didominasi oleh mahasiswa. Sedangkan di Semarang, 50 persen keluarga dan 50 persen mahasiswa.
“Untuk Londi, kita punya 30 sampai 40 karyawan di empat cabang yang ada. Jadi konsepnya kita disini menyewakan mesin dan teknologi bagi para konsumen untuk self service laundry,” ucapnya.
Sementara, salah satu konsumen bernama Niha Maritsa (19) mengaku cukup puas dengan fasilitas dan teknologi yang ditawarkan oleh Londi Laundry.
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang asal Jakarta tersebut cukup heran dengan teknologi yang digunakan tanpa membuatkan bingung ataupun ribet.
“Mudah banget. Ini baru pertama kali. Ternyata tinggal bayar pakai QRis, mesin sudah jalan sendiri saya hanya nunggu sambil duduk. Tempatnya juga adem dan luas. Nyaman di sini,” ungkapnya.
Sebagai mahasiswa perantau, tak dipungkiri bahwa self laundry memang kerap kali dilakukan. Oleh sebab itu, ia tentunya mencari tempat ternyaman dan mudah untuk mencuci pakaian-pakaiannya.
“Disini kan nyuci sendiri gak ribet dan langsung kering. Kita tinggal ngelipet terus bawa pulang selesai,” tandasnya. (*)